PDM Kabupaten Batang - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM  Kabupaten Batang
.: Home > Berita > Rakerwil LPB-MDMC Jawa Tengah di Batang

Homepage

Rakerwil LPB-MDMC Jawa Tengah di Batang

Senin, 23-05-2016
Dibaca: 1017

“Laskar Biru” Peduli Bencana

 

 

RAPAT Kerja Wilayah (Rakerwil) Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Muhammadiyah Jawa Tengah sukses digelar di Pendopo Pemkab Batang (20-22/5/2016).iikuti sekitar 100-an dari unsur Pimpinan LPB daerah dan wilayah. Wajah mereka tampak cerah searah dengan kostum biru muda yang mereka kenakan. Mereka adalah “Laskar Biru” alias anggota LPB yang rela membaktikan diri dalam hal menanggulangi bencana yang kerap menimpa warga dan kadang terjadi tak terduga.

 

 

Rakerwil 2016 digelar untuk menemukan kembali tantangan, peluang dan hambatan dalam pelaksanaan program dan kegiatan periode lalu guna memperoleh pembelajaran bagi pelaksanaan program dan kegiatan ke depan sampai tahun 2020. Sebagaimana dikemukakan Ketua LPB-MDMC Jateng, Naibul Umam, Rakerwil bertujuan untuk mengimplementasikann hasil-hasil Muktamar sebagaimana Tanfidz Keputusa Muktamar ke-47 dan hasil rapat Kerja Nasional LPB PP Muhammadiyah.

 

Selain itu, Rakerwil juga bertujuan mencari kesepahaman pelaksanaan program maupun kegiatan periode 2015-2020 serta membangun komitmen bersama menyebarluaskan usaha-usaha pengurangan risiko bencana dalam setiap gerak persyarikatan Muhammadiyah. Pembukaan Rakerwil dihadiri Sekda Batang Drs. H. Nasikhin, MH, wakil Ketua PW Muhammadiyah Jateng H.M Yazid Jamil, BPBD Jateng, serta wakil kepolisian dan kejaksaan. Sejumlah hal mengemuka dalam Rakerwil, antara lain konsep sekolah aman bencana untuk mencegah jatuhnya banyak korban.

 

Wakil Ketua Pimpinan Pusat LPB Muhammadiyah, Arif Jamali Muis, mensinyalir masih banyaknya sekolah di Indonesia yang belum menerapkan konsep sekolah aman bencana. Padahal bencana setiap saat dapat mengancam jiwa pelajar dan infrastruksur sekolah. “Pengelola sekolah kerap tak peduli soal keamanan sekolah. Mereka kurang memiliki sensitivitas dalam pengelolaan bencana. Sekolah tidak dirancang untuk bisa menanggulangi risiko bencana,” kata Arif Jamali.

 

Dia mencontohkan dalam gempa DIY dan Jateng beberapa tahun lalu, dimana banyak bangunan sekolah dari TK, SD, SMA/SMK, perguruan tinggi, masjid, mushala, rumah sakit dan bangunan amal usaha lain yang hancur. Untuk membangun kembali, Muhammadiyah mengeluarkan ratusan milyar rupiah yang berasal dari dari dana umat. Demikian pula saat terjadi gempa Padang, Muhammadiyah membangun kembali bangunan sekolah dan lainnya dengan nilai tak kurang dari Rp. 37 milyar. Beliau mengajak pemerintah untuk membangun sekolah dengan memperhatikan risiko bencana.

 

Arif juga menyebut bencana lain yang mengintai lingkungan sekolah seperti kasus kekerasan , narkoba, geng dan sebagainya. Itulah sebabnya Muhammadiyah mengembangkan sekolah aman, yakni sekolah yang mengakui dan melindungi hak-hak anak dengan menyediakan suasana dan lingkungan yang menjamin proses pembelajaran, kesehatan, keselamatan dan keamanan setiap saat.

 

Selain itu, Rakerwil juga memunculkan diskusi menarik terkait dengan kepedulian terhadap umat, yakni perlunya LPB membangun Warung Murah Muhammadiyah. Hal tersebut berawal dari pemanfaatan program dapur umum lPM manakala tidak terjadi bencana. Masalah tersebut diperdebatkan dalam sidang komisi dan berlangsung cukup menarik dan akhirnya diputuskan sama komandan LPB-MDMC PWM bahwa program tetap berjalan dengan berbagai kemungkinan.

 

Laporan: Kawe Shamudra


Tags: Rakerwil LPB-MDMC Jateng, Batang
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website