PDM Kabupaten Batang - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM  Kabupaten Batang
.: Home >

Homepage

Masuknya Muhammadiyah di Tersono

Pertama kali faham Muhammadiyah masuk di Kecamatan Tersono adalah di desa Mplangi Pekuncen tahun 1926. Tokoh yang membawa Faham Muhammadiyah masuk di Mplangi Pekuncen adalah Bapak K. Abdul Shomad, kakek dari Bapak Subekti Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tersono Majelis Dikdasmen periode 2000 – 2005.

Masuknya Faham Muhammadiyah di Kecamatan Tersono melalui perjalanan panjang penuh dengan hambatan dan rintangan. Pada awal faham ini masuk, masyarakat sekitar menganggap aneh ajaran agama yang dipraktekkan oleh orang-orang Muhammadiyah. Dan orang-orang Muhammadiyah dianggap tidak umum oleh kebanyakan masyarakat pada waktu itu.

Reaksi terus mengalir dari warga masyarakat, baik secara langsung atau sembunyi-sembunyi. Pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah selalu mendapat pengawasan ketat dari masyarakat dan pemerintah setempat, karena masyarakat menganggap aneh dan asing terhadap ajaran-ajaran yang dibawa oleh Muhammadiyah dianggap menyalahi adat dan kebiasaan masyarakat setempat.

Dikisahkan, suatu ketika orang-orang Muhammadiyah ingin melaksanakan sholat Ied di lapangan, sebagaimana anjuran Rasulullah. Lapangan yang telah disiapkan untuk sholat Ied (Hari Raya) tersebut dikotori dengan kotoran binatang dan manusia, tikar-tikar yang sudah ditata rapi diacak-acak. Dan pada saat warga Muhammadiyah sedang sholat dibunyikan mercon di dekatnya, hal inilah diantara tantangan dan hambatan dakwah yang ada di Muhammadiyah.[1]

Masih banyak lagi reaksi yang sering terjadi dalam mengembangkan dakwah Muhammadiyah. Kebanyakan adalah masalah-masalah yang bersinggungan dengan adat dan tradisi masyarakat setempat. Pemicu konflik antara lain, seputar masalah tarawih antara 8 rakaat dan 23 rakaat, ziarah kubur, kiblat, adzan jum’at, mitoni (tingkeban : jawa), qunut subuh, tahlilan, yasinan, berjanji, manakiban, perdukunan, sedekah bumi dan lain sebagainya.

Biarpun rintangan dan hambatan terus berdatangan menerpa perjalanan dakwah Muhammadiyah, Muhammadiyah tidak surut ke belakang, justru malah terus berkembang, sampai akhirnya bisa berdiri Kepemimpinan Cabang Muhammadiyah Tersono.

Masuknya faham Muhammadiyah di Mplangi Pekuncen Kecamatan Tersono tidak bisa dilepaskan dari usaha dan peran serta tokoh Muhammadiyah dari Weleri Kendal, Pekajangan Pekalongan dan para pendatang dari luar daerah. Sebagai contoh, yaitu masuknya paham Muhammadiyah di Mplangi Pekuncen, Kecamatan Tersono dan Krangkoan Ngalian, Kecamatan Limpung adalah atas peran serta dari tokoh Muhammadiyah Kendal.[2]

Diriwayatkan pada suatu ketika, kedua tokoh Muhammadiyah dari Mplangi dan Krangkoan berniat untuk menimba ilmu ke Semarang. Sesampainya di Kendal, kedua tokoh yang masing-masing adalah Bapak K. Abdus Shomad dari Tersono dan Bapak H. Shidiq dari Limpung bertemu dengan Bapak K.H. Hisyam tokoh Muhammadiyah Kendal.

Melalui pertemuan yang tidak direncanakan tersebut, terjadilah dialog yang cukup lama, akhirnya niat kedua untuk mengaji ke Semarang dibatalkan, karena Bapak K.H. Hisyam memberi tawaran, supaya mengaji di rumahnya, berawal dari sebuah pertemuan yang tidak direncanakan sebelumnya, akhirnya terjadi dialog yang intensif antara tiga tokoh tersebut dalam rangka untuk melakukan pembinaan keagamaan dan membicarakan tentang ihwal organisasi Muhammadiyah.

Melalui pertemuan tersebut akhirnya terjadi kesepakatan untuk membuka pengajian di Mplangi Tersono dan Krangkoan Limpung. Inilah dua Ranting tertua yang melahirkan PCM Tersono dan Limpung. Kisah masa lalu kedua tempat tersebut, diabadikan dengan mengadakan “Pengajian rutin satu bulan sekali” untuk mengenang masa lalu.[3]

Pengajian yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah pada waktu awal, materinya berkisar pada masalah-masalah Tauhid, ibadah dan menyerukan supaya kembali pada Al-Qur’an dan Hadits. Pengajian yang disampaikan oleh Bapak K.H. Hisyam sangat menarik yaitu methode interaktif, melalui tanya jawab (dialog). Dengan menggunakan methode tersebut, sangat menarik simpati jama’ah. Pikiran yang selama ini sempit, beku, tertutup, kini mulai terbuka dan mulai faham akan ajaran yang murni yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits.

Atas peran serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan melakukan pembinaan di Tersono secara intensif. Lama kelamaan dan sedikit demi sedikit faham ini terus berkembang, dan pada waktu itu yang aktif melakukan pembinaan adalah Bapak Suci Mardiko.[4]

Walaupun jumlah jama’ah sangat minim, upaya-upaya untuk melakukan amal ibadah, dakwah bilhal (dengan harta) tidaklah menjadi halangan. Dakwah nyata di masyarakat betul-betul menjadi prioritas utama warga Muhammadiyah saat itu, maka dirintislah amal usaha di bidang pendidikan, yaitu Madrasah Wajib Belajar (MWB) tahun 1930 M. Dan didirikan pula Madrasah Diniyah yang pada waktu itu masuk sore.

Keberhasilan tersebut adalah merupakan buah dari aktifnya kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah pada waktu itu. Berdirinya sebuah amal usaha pada kurun atau waktu pra Indonesia Merdeka (masa penjajahan Jepang dan Belanda), merupakan fenomena yang luar biasa atau prestasi yang cukup tinggi, karena kita tahu, kondisi dan situasi pada saat itu sangat tidak memungkinkan. Karena hal tersebut sangat berlawanan dengan program pemerintah Belanda yaitu “pembodohan” rakyat.

Sebelum Cabang Muhammadiyah berdiri di tahun 1962, Cabang Muhammadiyah Tersono telah memiliki amal usaha di bidang pendidikan, antara lain, TK ABA yang berdiri tahun 1950, Madrasah Ibtida’iyah Muhammadiyah berdiri tahun 1954, dan Pesantren Tarsikhul Ulum yang berdiri tahun 1963.[5]

Berdirinya Cabang Muhammadiyah Tersono tahun 1962, tidak lepas dari usaha tokoh-tokoh periode awal dan periode berikutnya. Tokoh-tokoh tersebut antara lain, Bapak H. Abdus Shomah, Bapak Abdul Mukti, Bapak Abdul Mu’id, Bapak Subekti, Bapak S.A. Karim (wakil DPR-GR dari Muhammadiyah tahun 1960).

Keberadaan Muhammadiyah Kecamatan Tersono cukup maju, dilihat dari amal usaha yang dimiliki dan kegiatan-kegiatan pengajian di Ranting dan Cabang yang terus berkembang.Menurut data laporan musyawarah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tersono, sampai dengan tahun 2004, amal usaha yang dimilikinya adalah :

1.    TK. ABA Tanjungsari

2.    TK. ABA Kranggan I

3.    TK. ABA Kranggan II

4.    TK. ABA Tedunan

5.    MIM Tanjungsari

6.    MIM Kranggan

7.    MIM Pekuncen

8.    MIM Tedunan

9.    SLTP Tersono

10. MTs M Tersono

11. SMU M Tersono

12. Pesantren Tarsikhul Ulum Tersono.

Amal usaha yang bergerak di bidang ekonomi adalah LKM (Lembaga Keuangn Masyarakat) yang kini berubah status menjadi BMT (Mank Muamalat).

       Untuk MTs M Tersono termasuk sekolah percontohan Tingkat Propinsi Jawa Tengah dan telah mendapat kunjungan oleh 150 Kepala MTs se Jawa Tengah pada tanggal 11 April tahun 2003.[6]

             Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tersono (sampai dengan tahun 2004) memiliki 12 ranting,[7] dari 21 desa yang tterdapat di Kecamatan Tersono. Ranting-ranting tersebut antara lain :

1.    PRM Tersono

2.    PRM Rejosari 1

3.    PRM Rejosari 2

4.    PRM Tanjungsari 1

5.    PRM Tanjungsari 2

6.    PRM Kranggan 1

7.    PRM Kranggan 2

8.    PRM Harjowinangun

9.    PRM Kebumen

10. PRM Tegalombo

11. PRM Sendang

12. PRM Tedunan



[1] Wawancara dengan Bapak Subekti Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tersono Periode 2000–2005 tanggal 26 Februari 2004

[2] Wawancara dengan Bapak Abdullah sesepuh Muhammadiyah Krangkoan Limpung dan Bapak S. Kamil tokoh Cabang Limpung     (mantan PCM Limpung periode 1980 – 1985).

[3] Wawanraca dengan Bapak Subekti pada tanggal 20 Februari 2004

[4] Wawanraca dengan Bapak S.A. Karim (mantan anggota DPR – GR Wakil dari Muhammadiyah) pada tanggal 10 Februari 2004.

[5] Wawancara dengan Bapak Subekti dan Bapak Abdul Mu’id (tokoh Muhammadiyah Tersono) pada tanggal 3 Maret 2004

[6] Wawancara dengan Bapak Zaenal Abidin pada tanggal 3 Maret 2004.

[7] Laporan Pertanggungjawaban Muscab PCM Tersono Periode 1995-2004.



Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website