PDM Kabupaten Batang - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM  Kabupaten Batang
.: Home > Sejarah PRM Proyonanggan Utara

Homepage

Sejarah PRM Proyonanggan Utara

          Berdirinya PRM Proyonanggan Utara tidak lepas dari keberadaan masjid Bustanul Jannah. Ini terkait dengan pengajuan dana bantuan ke PP Muhammadiyah yang mensyaratkan berdirinya ranting Muhammadiyah terlebih dahulu.
PRM Proyonanggan Utara secara resmi berdiri tanggal 18 Shafar 1419 H/ 13 Juni 1998 dengan ketua pertamanya Bapoak HM. Harto, BA. Hal tersebut didasarkan pada Surat Pengesahan Nomor 103/skpd/prm/1995-2000 yang ditanda tangani Ketua PDM Batang Bapak H. Shomadun, BA, dan sekretarisnya Drs. Sholihin Hayat.
Nama-nama lain yang tercantum dalam surat tersebut adalah: Bapak Suradal, Bapak Amiril, Bapak Tri Irianto, Bapak Sri Sujoko, Bapak Abdul Rochim, dan Bapak Haryanto.

          Secara administratif, nama Proyonanggan Utara muncul setelah adanya pemekaran, dimana wilayah Proyonanggan dibagi menjadi dua (Proyonanggan Utara dan Proyonanggan Selatan). Sebelumnya daerah ini bernama Keboban.
Tetapi berdirinya PRM Proyonanggan Utara tidak semata-mata didorong oleh rencana pembangunan masjid. Sebab jauh sebelumnya para kader dan simpatisan Muhammadiyah sudah bergerak menjalankan aktivitas dakwah, misalnya dengan menyelenggarakan Madrasah Diniyah yang merupakan embrio amal usaha Muhammadiyah di Proyonanggan Utara. Hanya saja, bendera Muhammadiyah sengaja tidak dimunculkan.

          Bapak HM. Harto, dkk pada awalnya bergerak lewah wadah PHBI (Panitia Hari Besar Islam). Masyarakat muslim Proyonanggan Utara diajak untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan lewat pengajian-pengajian sebagai langkah pembinaan kerohanian bagi masyarakat. Selain itu, juga menyelenggarakan pendidikan untuk anak-anak melalui Madrasah Diniyah.
Para pengurus dan aktivis masjid/ mushalla di sekitar Proyonanggan Utara diajak duduk bersama untuk memikirkan strategi dakwah yang dapat menyentuh hati masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan saat itu antara lain shalat id di lapangan, arisan kurban dan membangun tempat ibadah.
          Melalui forum-forum pengajian tersebut perlahan-lahan ideologi Muhammadiyah sampai pada pendengar dan bisa diterima masyarakat. Semangat yang ditampilkan saat itu bukanlah mengajak masyarakat masuk Muhammadiyah secara langsung, tetapi yang terpenting ideologi Islam yang dibawa Muhammadiyah bisa diterima oleh masyarakat dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
          Peinsip paling mendasar adalah berusaha agar Muhammadiyah bisa memberikan andil sebanyak-banyak dalam memajukan masyarakat. Dari sisi keanggotaan, warga Muhammadiyah Ranting Proyonanggan Utara saat itu hanya beberapa gelintir orang. Tetapi seiring dengan diaktifkannya forum-forum pengajian, akhirnya menumbuhkan simpati masyarakat. Masyarakat Proyo Utara merasa diuntungkan oleh hadirnya Muhammadiyah.
Dan boleh dikatakan, masuknya Muhammadiyah ke kelurahan ini berjalan lancar dan tidak menimbulkan pertentangan. Tidak ada reaksi keras dari tokoh-tokoh organisasi lain.
Kiprah PRM Proyonanggan Utara semakin nyata setelah  dibangn masjid Bustanul Jannah sebagai sentral kegiatan dakwah. Pembinaan warga terus dilakukan secara intensif lewat forum-forum pengajian. Dan yang tak bisa dilupakan adalah peran Bapak H. Musyafak dan Ibu Hj. Umalichah, S.Ag yang banyak berkorban baik tenaga, fikiran maupun pendanaan dalam kegiatan-kegiatan awal PRM Proyonanggan Utara. Saat itu Bapak H. Musyafak menjadi imam tetap dan pengisi ceramah pada tiap malam Jumat di masjid Bustanul Jannah.
Begitulah semangat awal yang ditampilkan para aktivis dakwah saat itu, yang tidak pernah mengenal kata menyerah dalam berjuang menegakkan kalimat Allah.



Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website